MUSLIMAH JOMBLO ANTI GALAU
Dalam
hidup dan kehidupan, Allah menciptakan segala sesuatu
berpasang-pasangan. Tak terkecuali kita, manusia. Hikmah memasangkan
manusia dalam ikatan pernikahan diantaranya adalah untuk memberi sakinah
(ketenangan dan kebahagiaan), dan kasih sayang, serta kecintaan yang
merupakan kebutuhan dasar manusia.
Sakinah hanya akan tercipta saat manusia berpasangan dalam ikatan
pernikahan. Hal itu terjadi karena pernikahan merupakan perjanjian yang
kuat atas nama Allah SWT. Orang yang terlibat dalam ikatan dan
perjanjian ini tak hanya bertanggung jawab pada pasangannya, melainkan
juga bertanggung jawab kepada Allah. Tanggung jawab inilah yang membuat
ikatan pernikahan memiliki keistimewaan yang tidak dapat disamakan
dengan ibadah lainnya.
Meski demikian, untuk mendapatkan pasangan yang tepat tidak selamanya
mudah. Hal ini berkaitan dengan masalah jodoh. Sementara, jodoh itu
sendiri merupakan hal yang ghaib.
Terkadang pada sebagian orang, jodoh mudah sekali datangnya. Sedangkan
bagi sebagian yang lain, kedatangan jodoh terasa sulit. Bahkan, ada yang
sampai memasuki usia senja sekalipun, seseorang belum menemukan
pasangan hidupnya.
Hal tersebut terkadang menimbulkan keresahan bagi yang mengalami,
terutama kaum muslimah. Masih menyandang status jomblo di usia yang
sudah –bahkan kelewat—matang, mendatangkan kegalauan yang sulit ditepis.
Jangan Percaya Takhayul Yang Menyesatkan
Tak dapat dipungkiri, jomblo’nya kita di usia yang telah matang
terkadang memancing simpati, empati, dan basa-basi dari lingkungan
sekitar. Parahnya, simpati itu lebih sering ditunjukkan dengan cara yang
salah. Terutama dari orang yang merasa lebih berpengalaman atau usianya
lebih dari kita terkadang memberi saran atau nasehat yang sesat dan
menyesatkan.
Ungkapan, “Jangan duduk di depan pintu, nanti susah jodoh.”, atau, “Ambil gih melati dari untaian yang dipakai mempelai perempuan, tapi jangan sampai pengantinnya tahu.”
Sering sekali kita dengar dari orang-orang dengan maksud memberi
nasehat pada kita agar ‘mudah jodoh’. Padahal kalau mau berfikir, banyak
hal yang aneh dan tidak nyambung dari ungkapan tersebut dengan hal-hal yang berkaitan dengan jodoh.
Misalnya, jangan duduk di depan pintu, nanti jodohnya susah. Padahal
yang benar, pintu adalah akses keluar masuk, jadi tidak dianjurkan untuk
berdiri atau berada di pintu, karena akan menghalangi. Apalagi sampai
duduk, tidak sopan itu namanya.
Lalu bagaimana dengan ungkapan mengambil melati dari untaian pengantin
wanita tanpa diketahui si empunya? Wah, itu sama saja dengan mencuri.
Apa iya ingin mendapat jodoh yang sholeh tapi harus mencuri terlebih
dahulu?!
Belum lagi ‘anjuran’ yang tak kalah populer dan masih banyak digunakan
dengan tidak boleh menikah melangkahi kakak, terutama perempuan. Hal
tersebut pantang dilakukan, karena katanya hal itu menyebabkan sang
kakak jadi susah jodoh. Jelas saja hal ini hanyalah mitos semata. Jika
ada lelaki sholeh yang datang pada kita lalu kita tolak dengan alasan
tidak mau melangkahi kakak yang belum menikah, tentu hal ini
bertentangan dengan anjuran Rasulullah saw, “Apabila datang kepadamu
seorang laki-laki yang kamu ridhoi agamanya dan akhlaqnya, hendaklah
kamu terima, karena kalau kamu tidak menerima, niscaya akan menjadi
fitnah di muka bumi dan kerusakan yang meluas.” (HR.Tirmidzi dan Ahmad)
Penting waspada, sobat muslimah. Hal-hal tersebut di atas –dan masih
banyak anjuran sejenis—dapat menjerumuskan kita pada tindakan syirik
jika kita turuti dan lakukan. Sebagai muslimah, tentu kita harus
meyakini hanya Allah satu-satunya penolong dan Yang Maha Menetapkan
segala sesuatu. Bukan yang lain! Apalagi sampai percaya mitos dan
takhayul. Na’udzubillah.
Mari Jemput Jodoh dari Tangan Allah
Sobat muslimah tentu pernah mendengar ungkapan, “Jodoh itu di tangan Allah. Kalau tidak diambil, ya tetap di tangan Allah terus.”. Tentu saja, kalimat tersebut hanya guyonan
belaka. Tapi, jika kita mau sedikit merenung, kalimat tersebut ada
benarnya juga. Bahwa jangan karena jodoh itu di tangan Allah, kemudian
kita sebagai hamba hanya berdiam diri tanpa berusaha ‘mengambil’ atau
menjalani beragam ikhtiar yang disyariatkan.
Setelah kita berhasil melepaskan diri dari jeratan mitos dan takhayul
seperti yang telah disebutkan di atas, tentu kita harus menjalani masa
penantian dengan ikhtiar menjemput jodoh yang tidak bertentangan dengan
hukum Islam. Apa saja?
Yang pertama adalah niat untuk tidak menunda pernikahan dengan beragam
alasan. Karena Islam adalah agama yang memerintahkan setiap umatnya
untuk menikah atau menjalani hidup berumah tangga.
Islam melarang keras seseorang yang enggan menjalani hidup berumah
tangga. Bahkan Rasulullah saw dengan tegas mengatakan, bahwa orang yang
menunda-nunda pernikahan padahal ia telah mampu, maka ia dapat
digolongkan sebagai teman setan karena tidak merasa bersalah menyimpang
dari fitrah. Juga termasuk golongan pendeta Nasrani yang merasa dirinya
lebih suci dengan tidak menikah. Atau termasuk orang durhaka karena
mendustai tuntutan biologis yang telah diatur oleh Allah. Juga termasuk
orang yang hina kematiannya karena memutuskan tali keturunan yang dapat
dijadikan penolong dirinya di hadapan Allah. Dan termasuk orang tercela
karena tidak mau menjalankan tanggung jawab berpasangan. Na’udzubillahi min dzalik. Jangan sampai kita termasuk dalam golongan di atas karena menunda-nunda pernikahan dengan alasan yang tidak berdasar.
Ikhtiar selanjutnya dalam menjemput datangnya jodoh adalah kita jangan
segan-segan untuk menggali pengetahuan tentang pasangan yang ideal.
Pernikahan dalam Islam bertujuan membuat seseorang merasa sakinah
terhadap pasangannya. Sementara, kata “sakinah” dalam bahasa Arab
memiliki arti rukun, akrab, intim, jinak, berkumpul, bersatu,
bersahabat, percaya, senang, dan ridha. Sakinah dapat diistilahkan
sebagai keadaan rumah tangga yang bahagia dan tenteram.
Agar dapat memenuhi tujuan pernikahan yang sakinah tentu kita harus
memperoleh gambaran yang jelas tentang calon suami yang baik untuk
dijadikan pasangan. Yang terpenting, gambaran ini haruslah sesuai dengan
tuntunan agama yang telah digariskan oleh Allah.
Setelah kita menggali informasi mengenai pasangan yang ideal, kita pun
harus aktif berusaha. Tapi perlu diingat, berusaha di sini tetaplah
harus dalam koridor syar’I. Jangan dengan alasan berusaha mencari jodoh
lalu kita menggadaikan izzah kita sebagai muslimah. Misalnya dengan
memajang foto narsis kita di facebook dengan tujuan untuk
menarik perhatian lawan jenis. Atau SKSD (Sok Kenal Sok Dekat) dengan
lawan jenis yang kita mempunyai kecenderungan hati terhadapnya. Bukan!
Bukan dengan jalan yang demikian.
Aktif berusaha yang dimaksud adalah, kita dapat mencari informasi
tentang seseorang kepada orang yang shalihah dan terpercaya. Mengenai
siapa yang sama-sama sedang dalam masa penantian jodoh, misalnya.
Jika hal itu sudah dilalui, kita pun jangan terburu-buru. Sangat penting
kiranya kita meneliti calon pasangan. Tindakan ini bertujuan meyakinkan
apakah calon pasangan sesuai dengan harapan atau tidak. Hal ini pun
pantang dijalankan sendiri. Melainkan harus dengan cara mengirim utusan
serta mendengarkan opini atau informasi dari pihak ke tiga. Karena jika
ikhtiar yang demikian dijalankan sendiri, dikhawatirkan kita akan
terjerumus dalam hal-hal yang dilarang oleh agama yang menyebabkan
tercerabutnya barakah pernikahan.
Yang tak kalah penting dalam usaha menjemput jodoh yang selanjutnya
adalah kita harus memperbaiki diri. Sebab, usaha terbaik untuk
mendapatkan jodoh yang baik adalah dengan senantiasa memperbaiki diri.
Mustahil kiranya jika kita berharap jodoh sekualitas sahabat, Ali ra.
jika diri kita tak memiliki kualitas setara Fathimah ra. Sebagaimana
kita juga serasa bermimpi di siang hari berharap mendapat jodoh yang
sholeh dan teguh di jalan dakwah, jika kita bukan wanita shalihah yang
juga aktif dan ikhlas berdakwah.
Ya, jodoh kita adalah bagaimana kita. Maka, teruslah memperbaiki diri
sampai batas di mana kita ingin pasangan kita berkualitas sebagaimana
yang kita harapkan.
Jangan Galau, Sebab Kita Muslimah
Bagaimana jika niat ingin menikah sudah kuat dan segala ikhtiar telah
dijalani namun belum dimampukan (dipertemukan dengan pasangan) oleh
Allah?
Allah SWT berfirman:
“Orang-orang yang belum mampu menikah hendaknya menjaga kesucian
diri mereka sampai Allah memampukan mereka dengan karunia-Nya.” (Q.S.An Nuur: 33)
Dalam ayat tersebut Allah SWT memerintahkan orang yang belum mampu
menikah untuk bersabar sampai Allah memampukannya dengan karunia yang
besar. Dan jika dorongan untuk menikah sudah bergejolak, kita
diperintahkan untuk menjaga diri agar gejolak tersebut tidak membawa
kita untuk melakukan hal-hal yang diharamkan.
Maka dari itu, sobat muslimah, menyibukkan diri dengan aktivitas yang
bermanfaat, mutlak dilakukan agar hidup kita makin berkualitas dan
hari-hari kita tidak dipenuhi kegalauan sebab kita masih menjomblo.
Bergabunglah dengan komunitas muslimah shalihah yang aktif dalam
kegiatan-kegiatan ke-Islaman.
Banyak-banyaklah bergaul dengan para muslimah yang hari-harinya selalu
penuh dengan energi positif, percaya diri, dan pikiran positif, yang
semua itu tentunya dapat ‘menular’ pada diri kita. Disamping dapat
mengusir rasa galau, membuka diri dengan aktifitas dan orang-orang yang
shalihah dapat menjadi sarana belajar bagi kita hingga menjadi muslimah
luar biasa. Ingat, usaha terbaik untuk mendapatkan jodoh yang baik
adalah dengan senantiasa memperbaiki diri!
Tawakal yang Menguatkan Kita
Sobat muslimah, sesungguhnya hanya Allah saja yang tahu kapan dan
bagaimana kita bertemu dengan jodoh kita. Semua hal tentang nasib kita
–termasuk jodoh—ditetapkan oleh Allah dengan kuasa-Nya jauh sebelum kita
dilahirkan.
Hanya Allah yang tahu segala sesuatu yang bersifat ghaib. Jangankan
manusia biasa, para malaikat dan para Nabi saja tidak diberi pengetahuan
oleh Allah tentang hal yang ghaib.
Tidak akan habis pembicaraan soal jodoh bagi seorang muslimah, karena
bicara tentang jodoh berarti bicara tentang nasib. Dan itu artinya
bicara tentang kemahakuasaan Allah yang ilmu-Nya tanpa batas. Berbicara
tentang jodoh berarti memikirkan apa yang disebut sebagai taqdir Allah
atau Qada’ dan Qadar.
Sementara, langit, bumi, seluruh alam semesta beserta isinya sudah
‘ditulis’ oleh Allah 50 ribu tahun sebelum semua itu kemudian dijadikan
atau diciptakan oleh Allah.
“Jagalah Allah, niscaya engkau dapati Dia di hadapanmu. Jika engkau
meminta, mintalah kepada Allah. Jika engkau meminta pertolongan,
mintalah pertolongan kepada Allah. Dan ketahuilah, sesungguhnya
seandainya umat ini bersatu untuk memberikan suatu kemanfaatan kepadamu,
maka mereka tidak akan dapat memberinya, kecuali dengan sesuatu yang
telah Allah tetapkan atasmu. Dan seandainya mereka bersatu untuk
mendatangkan suatu kemudharatan kepadamu, maka mereka tidak dapat
mendatangkannya, kecuali dengan sesuatu yang telah Allah tetapkan
atasmu. Pena telah diangkat dan lembaran-lembaran telah mengering.” (HR.Tirmidzi)
Jadi, sudah selesai’kah urusan taqdir Allah tentang jodoh kita? Ya,
‘tinta’ yang digunakan untuk menulis semua yang ditaqdirkan Allah itu
kini sudah kering, diikuti dengan dimulainya pelaksanaan taqdir Allah
itu.
Oleh sebab itu, bertawakal’lah! Karena itu yang akan menjadikan kita
makin kuat menjalani hari dalam penantian akan datangnya jodoh. Dan
jangan lupa, usaha terbaik untuk menemukan jodoh yang baik adalah
senantiasa memperbaiki diri dan memohon kepada Allah, Rabb yang
menggenggam taqdir-taqdir kita.
Jadi, jangan galau, sebab kita muslimah!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar